Monday, 30 November 2009

Krengsengan kambing a la Keluarga Cinta



Hari Sabtu kemarin dapat kiriman daging kambing dari Yanti, asisten rumah tanggaku yang kost di belakang perumahan kami. Dia dapat bagian dari masjid di dekat rumahnya yang memotong kambing pada hari Idul Adha yang diperingati hari Jumat 27 November 2009. Karena Yanti dan suaminya nggak suka kambing, maka dibawalah 1 kresek daging dan jerohan itu kerumahku.

Daging kambingnya sebagian masih aku simpan untuk dibuat sate dan tongseng ntar kalau sempat dan kalau sudah punya arang…:D. Sebagian lagi aku masak krengsengan. Pengen aku masak gule juga, tapi Pok suamiku nggak suka gule, daripada sudah repot masak harus menghabiskan sendiri, mending aku buat yang dia suka aja... :D


Untuk resep krengsengannya, aku pakai resep berikut :

500 gr daging / tetelan kambing

7 bawang merah

5 bawang putih

3 cabe rawit

1/2 sdt merica bulat

1/3 sdt ketumbar

1 ruas jahe

1 sdm petis udang

4 sdm kecap manis

1 sdm gula pasir

Air secukupnya

2 buah tomat potong potong

Cabe rawit utuh sesuai selera

Minyak untuk menumis


Cara membuat :


Haluskan bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, cabe rawit dan jahe

Tumis bumbu halus sampai harum

Masukkan daging kambing, aduk sampai berubah warna

Masukkan kecap manis dan air, masak sampai daging empuk

Tambahkan petis udang, gula pasir, tomat, cabe rawit utuh dan garam kalau masih kurang asin

Masak lagi sampai air tinggal sedikit

Sajikan dengan nasi putih panas



Kemarin petis yang aku pakai sudah asin, jadi aku tidak menambahkan garam lagi. Petis masuk terakhir, karena kalau masuk di awal akan membuat masakan cepat gosong. Kalau tidak mau memasak terlalu lama, daging kambing bisa dipresto dulu sampai setengah empuk.


Sedikit cerita di luar kuliner : Yang aku kagumi di tempat tinggal Yanti adalah semua warga diminta untuk iuran bulanan sekitar Rp 10,000 - Rp 15,000, yang pada hari Idul Adha tahun berikutnya dibelikan kambing (dan sapi kalau uangnya cukup). Lalu seminggu sebelum Idul Adha, para warga itu mendapat kupon dan pada harinya nanti ada tukang becak yang keliling dari rumah kerumah membagikan jatah dan mengambil kembali kupon. Sangat well organized, orang orang tidak perlu berdesakan ngantri untuk ambil daging dan sering membuat keributan kalau tidak dapat bagian atau bahkan celaka karena masing masing berebut tidak sabar menunggu giliran.

Oleh oleh Bakpao Telo dari Naomi & Ananta





Sabtu lalu kami kedatangan tamu,Ananta, putera ibu Yustina Pranowo, dan calon istrinya Naomi. Mereka baru pulang dari Malang dalam rangka liburan dan menyempatkan diri mengunjungi kami.

Naomi dan Ananta (yang dipanggil Didik) membawa oleh oleh bakpao telo. Di Jawa Timur, bakpao yang aslinya dari Lawang (dekat Malang) ini cukup terkenal. Terbuat dari tepung ketela dengan isian coklat, kacang hijau dan ragout. Bakpao telo ini memiliki warna warni yang tidak biasa untuk bakpao, yakni ungu, hijau dan kuning. Cinta yang tidak suka bakpao aja sampai tertarik untuk memakannya karena warnanya yang unik itu.




Rasa bakpaonya sendiri menurut aku, enak....kulitnya lembut dan legit, cocok untuk bakpao dengan isian manis. Tapi kalau isiannya gurih agak kurang cocok. Mungkin karena tepung ketela sendiri sudah manis. Dan cukup tahan lama, dua hari di luar kulkas (karena suamiku lupa nyimpan) masih tetap lembut dan tidak basi.

Bakpao telo dijual juga di beberapa supermarket di Surabaya, tapi asli, baru sekali ini aku makan, itu juga karena oleh oleh..hehehe... Kemarin oleh Naomi aku ditawarin juga mie kering dari bahan telo yang berwarna warni juga, tapi aku nggak 'tega' mau makannya, bukan apa apa, buat aku mie yang berwarna warni kok rasanya aneh...pernah makan mie hijau dari bayam dan sayur sayuran, tapi aku nggak suka biar kata menyehatkan badan..... :)



Naomi & Cinta

Naomi & Didik, terimakasih oleh oleh bakpaonya, kalau bukan kalian bawain, sampai sekarang kami sekeluarga masih belum pernah makan bakpao telo... :)

Sunday, 29 November 2009

Tantangan KBB # 14 - White Bread




Aku jatuh cinta dengan KBB karena waktu blogwalking ke blog mbak Arfi hampir 2 tahun lalu. Waktu itu cuma bisa mengagumi resep, tantangan dan photo photo yang termuat di blog KBB, tanpa ada keinginan untuk mendaftar karena minder alias tidak percaya diri.
Makin kesini, makin tertarik untuk bergabung dengan milisnya. Coba coba daftar. Ternyata direject karena milis hanya ditujukan bagi member :) Wah…ya langsung saja aku daftar sebagai member. Sementara masih di waiting list karena masih penuh.

Nunggu lama sambil harap harap cemas, hampir setiap hari aku kunjungi blognya. Lama lama, karena kesibukan, aku jarang buka lagi. Eh….tanggal 21 October 2008 pagi pas buka blog KBB, ternyata ada pengumuman bagi mereka yang ada di waiting list, kalau mau gabung, harus reconfirm paling lambat tanggal 20 October. Gubrak !! Telaaaaaaat….langsung pengen nangis… Mata pedes, tapi pikiran bisa diajak berpikir tenang… langsung kirim email ke mbak Arfi, berharap mudah mudahan masih ada kesempatan, bahkan masuk waiting list lagipun rela asal nggak dicoret selamanya.

Tunggu lagi beberapa hari, ternyata akhirnya diterima juga. Huhuy….makasih mbak Arfi !! Dan, tanggal 28 October akhirnya terima ‘surat tjintah’ku yang pertama, dengan tantangan bikin White Bread pakai Baker’s Percentage….




Resep aku print, bawa kemana mana, baca dan pelajari berulang ulang, terutama soal baker’s percentage itu….sambil ngumpulin ‘nyawa’. Kertas jadi lecek dan penuh coretan pengalaman teman teman yang sudah praktek.

Weekend kemarin, sudah aku putuskan untuk coba bikin, mumpung lagi nggak sibuk dan mumpung masih panjang waktunya, supaya kalau gagal masih ada kesempatan ngulang. Hari Sabtu waktu chat dengan mbak Eny Ungu di YM aku tanya tanya dan beliau dengan sangat sangat baik menjelaskan hal hal yang aku masih belum ‘mudeng’.

Aslinya tergoda juga untuk menambahkan bread softener, ragi dan gula. Karena biasanya, kalau aku buat roti, untuk tepung 500gr, aku pakai 1 bungkus ragi instant yang beratnya 11gr dan gulanya agak banyakan. Yang ini kok cuma 5 gr saja. Kuatir nggak ngembang. Tapi, dari hasil konsultasi dengan mbak Eny, akhirnya aku putuskan untuk bener bener nurut sama resepnya kecuali untuk garam yang aku kurangi hanya 5 gr dan air yang aku pakai hanya 215cc saja.

Mengingat waktu proofingnya agak lama, hari Minggu, sengaja bangun pagi pagi dan menyiapkan semua bahan. Mulai buat adonan, proofing pertama, shaping, proofing kedua, baking…ternyata berhasil..wahhh…senengnya. Rotinya menul menul.

Setelah matang langsung olesi dengan margarine. Hangat hangat dinikmati orang serumah, semua bilang enak ….sisanya setelah dingin aku masukkan ke tempat kedap udara. Tadi pagi aku makan lagi, ternyata malah tambah lembut.

White Bread, variation 1

Source: The Bread Baker’s Apprentice by Peter Reinhart, 2001, page 265-267

Resepnya sudah ada di blog KBB, aku hanya posting bahan yang aku pakai dan methodnya saja. Dalam resep ini aku memakai 5x Baker's Percentage, jadi semua dikalikan lima kecuali garam yang hanya aku pakai 5 gr saja dan airnya aku hanya pakai 215ml, karena ternyata sudah cukup. Di 'method', yang tambahan dari aku adalah yang bold dan italic.



Bahan :

500 gr Bread flour (aku pakai Cakra)
5 gr Salt (resep asli 9 gr)
38.5 gr Granulated sugar
40 gr Powdered milk (Dried Milk Solid)
5 gr Instant yeast
38.5 gr Egg, slightly beaten at room temperature 
38.5 gr Butter, room temperature 
215 ml Water (resep asli 314 ml)

Methods:


Campur tepung, garam, susu bubuk, gula dan ragi di dalam mangkuk dengan volume 4 quart (atau gunakan mangkuk mixer). Tuangkan telur, mentega dan air, aduk dengan sendok metal yang besar (atau pakai mixer dengan kecepatan rendah menggunakan paddle attachment) hingga tepung tercampur rata dengan bahan cair tadi dan adonan membentuk bulatan bola. Jika adonan tampak keras dan kering, ciprati dengan air hingga adonan lunak dan fleksibel.




Taburkan tepung ke atas meja kerja, letakkan adonan di atasnya, dan mulai menguleni (atau kocok dengan kecepatan sedang memakai dough hook), tambahkan tepung jika perlu, untuk menghasilkan adonan yang lunak, fleksibel, dan tacky (sudah licin dan kering) tapi tidak lengket. Lanjutkan menguleni (atau mengaduk dengan mixer) selama 6-8 menit. (jika menggunakan mixer, adonan harusnya sudah lepas dari mangkuk, tidak lengket di dasarnya). Adonan harus lulus windowpane test (tes elastisitas adonan dengan mengambil sedikit bagian adonan dan dipentangkan di depan jendela/cahaya) dan bersuhu 80F.


(Aku : garam dan mentega masuk setelah adonan setengah jadi, supaya ragi tidak mati karena terkena garam).


(Aku : pakai mixer semua sampai khalis dan lulus  window pane test, kurang lebih 15 menit - 20 menit)

window pane test

Siapkan mangkuk besar, olesi minyak tipis saja, letakkan adonan ke dalam mangkuk, gulingkan ke sisi-sisi mangkuk untuk melumasi adonan dengan minyak. Tutup mangkuk dengan plastik.


Biarkan adonan mengembang dalam suhu ruang selama 1.5 hingga 2 jam, atau hingga adonan mengembang dua kali lipat (durasi waktu pengembangan adonan bergantung kepada suhu ruangan tersebut).


(Aku : proofing pertama hanya 1 jam karena hawa di Surabaya lagi panas banget )

Keluarkan adonan dari mangkuk dan bagi dua buah ukuran roti sandwich, menjadi 18 x 2ons dinner rolls, atau 12 x 3ons burger atau hot dog buns. Bentuklah bagian-bagian tersebut menjadi bola-bola untuk satu roti tawar iris atau bulatan-bulatan untuk dinner rolls/buns. Lembabkan adonan dengan spray oil tipis-tipis saja dan tutup dengan serbet dapur atau plastik. Biarkan selama 20 menit.

(Aku : setelah proofing pertama, adonan aku kempiskan dulu baru dipotong potong dan ditimbang menjadi 18 potong @ 50gr. Gilas beberapa kali untuk mengeluarkan udara, baru di shapping. Proofing kedua untuk rolls selama 20 menit dan roti sobek selama 40 menit)

gilas beberapa kali


roti sobek

Shaping. Untuk roti tawar iris, bentuklah seperti membuat bolu gulung tetapi cubitlah bagian lipatannya dengan setiap putaran untuk menguatkan permukaannya. Tutuplah lipatan terakhir dengan mencubit seam menggunakan bagian tepi belakang tangan atau jempol anda. Olesi tipis dua loyang roti berukuran 8.5 x 4.5 inci dan letakkan adonan ke dalam kedua loyang tersebut. Untuk rolls dan buns, alasi 2 loyang dengan baking paper. Rolls tidak memerlukan shaping lebih lanjut. Untuk hot dog buns, bentuklah adonan berbentuk pistol tanpa mengecilkan ujungnya. Pindahkanlah rolls atau buns ke atas loyang.

roti isi


rolls (tanpa isi)

(Karena boleh diisi sesuai selera, sebagian aku isi dengan smoke beef, sosis dan muisyes, sebagian aku biarkan plain. Ada yang aku bentuk roti sobek, rolls dan roti isi. Jadi totalnya 7 potong aku masukkan dalam loaf, 4 kosongan, 3 isi muisyes, 4 aku buat rolls, sisanya aku isi dengan smoke beef, sosis. Tapi sampai sekarang masih nggak bisa ngebayangin bentuk ‘ pistol’ itu seperti apa :D )


smoke beef, sosis & parsley kering

Lembabkan permukaan adonan dengan spray oil dan tutup dengan plastik atau serbet dapur. Tidak usah terlalu rapat menutupnya. Biarkan adonan mengembang di suhu ruangan selama 60 - 90 menit, atau hingga adonan hampir mengembang dua kali lipat.

Panaskan oven 350F untuk loaves atau 400F untuk rolls dan buns. Olesi rolls atau buns dengan egg wash dan hiasi dengan poppy atau sesame seeds.

Roti sandwich juga bisa diolesi dengan egg wash dan dihias, atau iris bagian tengahnya dan olesi minyak sayur sedikit di bagian irisan yang terbuka.

(Aku : untuk melembabkan permukaan adonan, aku olesi pakai minyak goreng tipis tipis. Sebelum masuk ke oven aku semir dengan telur dan sedikit susu cair


Panggang rolls dan buns selama kurleb 15 menit, atau hingga kuning kecoklatan dan bersuhu sedikit lebih tinggi dari 180F di tengahnya. Panggang loaves selama 35-45 menit, jika perlu, putar 180 derajat di tengah waktu baking untuk memastikan pematangan yang rata. Permukaan roti harusnya berwarna kuning kecoklatan dan tepinya kekuningan jika dikeluarkan dari loyang. Suhu di dalam roti semestinya mendekati 190F, dan roti berbunyi kopong ketika diketuk-ketuk dasarnya.


(Aku : pertama yang aku oven adalah yang roti isi dan rolls selama 20 menit dengan panas 200 derajat C. Sementara itu yang roti sobek masih melanjutkan proses proofing kedua sambil menunggu rolls matang. Setelah roti isi dan rolls matang, roti sobek masuk oven selama 25 menit dengan suhu 175C. Setelah keluar dari oven, panas panas aku semir dengan margarine, sehingga warnanya lebih kecoklatan dan cantik )

Cooling. Jika roti sudah selesai dipanggang, keluarkan segera dari loyang dan dinginkan di atas rak pendingin selama kurang lebih 1 jam sebelum diiris-iris atau disajikan. Rolls seharusnya akan dingin sekurang-kurangnya 15 menit saat didinginkan di atas rak.

cooling di atas rak

tekstur roti sobek

tekstur roti isi smoke beef & sosis

rolls (tanpa isi)
(Kesimpulan : kalau next time buat roti lagi, aku akan pakai akan resep ini tapi aku akan tambahkan gula sedikit lagi  dan isinya lebih bervariasi..soalnya sudah terbukti enak dan lembut..)

Dan ini tanda lulusnya :D

Wednesday, 25 November 2009

Akhirnya berhasil bikin Tarcis a la Mom Elly & Camelia





Sudah lama aku ngiler lihat postingan tarcisnya Camelia yang didapat dari Mom Elly. Beberapa waktu yang lalu pernah coba bikin tapi gagal, karena aku memakai mixer waktu menguleni. Adonan jadi lembek dan tidak bisa dibentuk. Satu resep dengan bahan terigu 1 kg akhirnya terbuang sia sia. Kesalahanku adalah, aku berasumsi ‘khalis’nya water dough sama dengan khalisnya kalo bikin bread. Makanya aku berkali kali nyoba window test pane tapi kok gagal…haiyaaa....

Setelah konsultasi dengan Lia, Mom Elly dan dapat advise juga dari Pamela, aku jadi ngerti kalau semua hanya diuleni pakai tangan saja. Postingan Lia aku pelajari dengan teliti, sampai akhirnya bisa bener bener paham step by stepnya. Thanks to Camelia yang telah berbaik hati share di blognya. It really helps, Dear….

Tapi kemarin kemarin belum ada kesempatan untuk mencoba lagi. Sudah bikin adonan isi 2 kali, tapi semuanya masuk freezer karena nggak sempat bikin kulitnya. Waktu ada kesempatan, isiannya dikeluarkan dari freezer, setelah thawing ternyata kentangnya sudah lembek….buang….. Lain hari, punya sisa kentang bagus, bikin adonan isi lagi….eh, kejadiannya sama lagi. Ternyata memang kalau nggak dikejar kejar deadline pesanan, niat praktek resepku akhir akhir ini jadi agak kendor :)

Sampai datang pesanan ‘terserah, pokoknya enak..’ dari IR untuk meetingnya tadi pagi. Aku sudah memutuskan untuk bikin tarcis a la Mom Elly dengan isian chicken curry sebagai snack gurihnya dan Klappertart untuk snack manisnya.

Bangun jam 3 pagi aku langsung bikin klappertartnya dulu. Semalam terlalu cape sehingga tidak kuat lembur. Setelah Klappertart masuk oven, aku bikin currynya. Sore kemarin aku sudah minta mbak Win untuk memotong kentang dan ayam, tapi ternyata dia motongnya terlalu besar padahal sudah dikasih contoh kecil kecil. Pengen cepat kelar mungkin ya…. Mau ngulang motong, gak ada waktu..ya wis pake aja.

Isi siap, aku mulai membuat doughnya. Timbang, bagi, giling, gulung, isi, crimping pinggir. Goreng....
Yang untuk IR, aku buat setengah lingkaran mirip pastel tapi besaran. Yang untuk dimakan sendiri bentuknya bulet.




Yang sisa sisa dough, aku giling lagi dan menjadi bentuk oval kecil.





Tapi, kayaknya ada yang gak bener deh. Saking pengennya dapat kulit yang flaky, beberapa adonan aku gilas lebih dari 2 kali…setelah digoreng malah nggak keluar lapisan lapisannya, compared sama yang cuma aku gilas 2 kali, ternyata lapisannya malah kelihatan..hiks..ini memang contoh murid yang ngeyel.




Pagi tadi, begitu semua matang aku minta tolong Pok untuk langsung kirim ke kantor, karena aku masih harus mendaftarkan Cinta ke SD. Buru buru nggak sempat motret yang besar yang udah matang...
Siang di kantor, setelah kerjaan beres, telepon sang pemesan tercinta, tanya gimana komennya. Jawabnya, klappertart OK, curry puffnya, kulitnya OK banget, renyah dan empuk……..tapiiiiiiiiiiiiiii…kentangnya kegedean..berasa makan kentang kukus doang.. hahaha….mohon maklum, tangannya mbak Win belum ditraining sih….




Menit menit terakhir sebelum kerjaan crimping selesai, baru nemu cara yang praktis dan cepat....hoaaaaaaaaaaaaaa.........kenapa nggak dari tadi mikirnya....jempol dah keburu linu nih...

Tuesday, 24 November 2009

Meita's order - second day...

Hari kedua pesanan Meita. Yang pagi soes ayam jamur dalam alfoil cup



dan fruit pie...




Siangnya rolled sausages :



dan pudding kelapa muda



Monday, 23 November 2009

Soes bagai bunga kembang tak jadi :)



Sebagai anggota Milis NCC rasanya kok nggak pantes kalau melewatkan event eventnya, walaupun gong tanda penutupan event NCC Soes Week sudah ditabuh oleh Nyonya Soes 1 :)


Jadi biar koleksi resep soes kita nambah 1 lagi, terimalah persembahan dari Nyonya Soes 2 yang bertajuk, Soes Bagai Kembang Tak Jadi. Diberi nama seperti itu, karena cita citaku sebenarnya pengen bikin soes bunga seperti mbak Anti dan Vivi Liong, tapi rupanya aku salah beli cetakan. Sehingga hasilnya nggak mirip bunga sama sekali, malah cenderung mirip Swastika, benderanya Nazi..hiks... tapi nggak papa, yang penting aku sudah tau caranya sehingga next time kalau nemu cetakan yang benar bisa buat soes bunga beneran.




Soes bagai bunga tak jadi ini merupakan pesanan Meita hari ini, bersama Amris, Klappertart dan Muffin tape keju :)


Soesnya pakai resep ini :

450 cc air

150 gr margarine

300 gr terigu Cakra

8 butir telur

2 sdm gula pasir

sejumput garam


Cara membuat :

Masak air, gula dan margarine sampai mendidih dengan api sedang. Kecilkan api, masukkan terigu sekaligus, aduk cepat sampai rata. Angkat dari api, dinginkan.

Panaskan oven dengan suhu 200 derajat celcius

Masukkan telur satu demi satu, kocok dengan kecepatan tinggi selama 3 menit.

Cetak dalam loyang yang telah diolesi margarine tipis tipis.

Oven selama 40 menit atau sampai busa hilang tanpa dibuka.

Vla :

750 cc susu cair

2 sachet SKM

150 gr gula pasir

40 gr maizena

40 gr custard powder

1 sdm margarine

2 sdm rhum

potongan buah peach

Cara membuat :

rebus susu, gula, maizena dan custard powder sambil diaduk sampai kental, matikan api, masukkan margarine, aduk rata, setelah uap hilang, masukkan rhum, aduk lagi. Tunggu dingin, semprotkan di atas soes. Beri sepotong peach. Sajikan dingin.



1 resep di atas bisa jadi 40 pcs soes ukuran sedang.

Friday, 20 November 2009

Lunch at Daun Lada


Tadi makan siang diajak makan keluar oleh Mr. Phang. Beliau janjian juga sama Lily, temen sekantor yang sudah ambil early retirement dan suaminya. Tempat yang dipilih adalah ‘Daun Lada’ jalan Raya Kupang Indah 5 Surabaya.






Kesan pertama begitu masuk resto adalah ‘AMIS !!’. Karena ikan mentah dipajang di ruangan tertutup dan ber AC. Kami nyari tempat yang paling jauh dari display ikan.

Tempatnya lumayan cozy, tapi meja dan kursinya terlalu rapat satu sama lain. Kalau sedang ramai pasti tidak nyaman.

Menu yang kami pilih, atas suggestion Lily adalah :

Ikan Papakulu bakar asap (Rp 23,000/ekor)
Udang Windu petai balado (Rp 32,000 isi 6 ekor udang ukuran sedang dan sekitar 7 mata petai yang kurus kurus dan gepeng)
Gurame pesmol (Rp 26,000/ekor)
Orak arik jagung (Rp 8,500/porsi)
Baby buncis goreng ebi (Rp 8,500)

Sebelum masakan siap, kami jalan jalan dulu lihat display ikan, dan aku yang memang sengaja bawa kamera jadi gatal motretin jenis jenis ikan yang ada.


Ikan mata sebelah. Yang sebelah ini tidak ada matanya....


Yang sebelah sini baru ada...


Ini giginya.......rupanya di laut nggak ada bekel... :D



Ikan Papakulu....wajahnya ramah sekali, entah apa yang dibayangkannya waktu tertangkap jaring nelayan. Dia pikir diajak piknik kali yeee ? 

 


Ikan Pari, diprotes Lily soalnya kecil kecil.. :D


Ikan jaket atau sukang


senyumnya ramah juga..


Ngobrol sana sini, tanya ini itu, kabar kabari tentang teman yang masih stay dan say goodbye di kantor…sampai makanan datang.

Yang datang pertama adalah ikan Papakulu bakar asap. Baunya wangi khas ikan asap.


Yang unik, kulit ikan ini keras sekali sehingga sebelum diambil dagingnya, kulit harus disingkap dulu….trus dibuang, nggak bisa dimakan :). Rasanya, kata suami Lily mirip ayam…menurutku sih, enggak…cuma lembut aja. Not bad.


kulit dan daging ikan papakulu bakar asap


Udang datang kemudian….agak kecewa karena ternyata petainya, yang diharapkan besar dan segar, seperti photo di buku menunya, ternyata kecil kecil gepeng dan hanya sedikit. Tapi rasanya OK untuk seleraku. Manis manis pedas.




Orak arik jagung…isinya jagung manis pipilan dan telur, rasanya cenderung manis, tapi kalau aku sih seneng. Baby buncisnya juga OK.




Yang aku paling suka adalah Gurami Pesmolnya. Walaupun kata Mr. Phang terlalu reddish. Menurutku kuahnya segar, walaupun tomatnya sudah agak agak dying, alias nyaris busuk.. Biasanya di Daun Lada, yang dibikin pesmol adalah ikan Nila, tapi karena Mr. Phang suka gurami, kami insist minta Gurami Pesmol. Ikannya digoreng kering baru disiram kuah, jadi crispy tapi basah...**bingung ya? **




Porsinya kecil kecil, tapi rasanya dari skala 0 – 100, dapat 75 lah. Harganya juga lumayan murah.