Ini adalah makanan klangenanku...
Dulu waktu anak anaknya masih kecil,walaupun kami tidak merayakan Sinchia secara "serius" Mamie selalu beli kue K'ranjang setiap dekat Sincia (tahun baru China). Ini memang makanan khas Sincia, yang wajib ada dalam keluarga Tionghoa yang merayakan Imlek, melambangkan hidup yang manis penuh kelimpahan, lengket dan eratnya kekeluargaan.
Menurut dongeng Tiongkok kuno, di setiap rumah, ada seorang dewa yang bertugas menjaga tungku dalam keluarga. Dewa ini bernama Dewa Tungku. Dia ditugaskan oleh Raja Surga untuk mengawasi setiap keluarga dalam menyediakan makanan sehari hari. Nah, biar si Dewa Tungku ini memberikan laporan yang bagus bagus tentang keluarga yang diawasinya, maka dibuatlah kue K'ranjang untuk menyenangkan hatinya. Jadi kalo ibu ibu jarang masak, mending sering sering bikin kue K'ranjang, biar nggak digosipin oleh sang Dewa Tungku...hihih...boóng dinggg....
Diberi nama kue K'ranjang karena dicetak di dalam keranjang kecil kecil yang dialasi dengan plastik atau daun.
Kue K'ranjang yang dibeli Mamie biasanya berbungkus plastik atau daun pisang. Kue K'ranjang sering juga disebut dodol Cina. Dibuat dari tepung ketan, gula, pandan atau gula coklat. Aku lebih suka yang berbungkus daun, karena aroma daunnya membuat kue K'ranjang lebih wangi. Bayangkan saja, adonan kental dan panas langsung dituang ke atas daun pisang. Pasti lebih wangi daripada pakai plastik. Sayang sekarang agak susah cari kue K'ranjang yang bungkus daun di Surabaya. Bikin kue K'ranjang, menurutku cukup sulit. Aku pernah melihat sendiri Mamie temen SMAku, yang juga langganan kue K'ranjang Mamie dulu, keringatan mengaduk adonan di wajan super besar, dari cair sampai kental dengan susah payah. Ngaduknya pakai kayu panjang biar kuat dan nggak panas. Nggak heran harga kue K'ranjang juga nggak murah murah banget.
Nah, karena dulu Mamieku selalu beli kue K'ranjang dalam jumlah besar, tentu tidak sekaligus habis. Nah, kalau masih baru, kue K'ranjang masih empuk. Oleh Mamie diolah dengan sederhana saja. Kue kranjang dicuil kecil kecil, lalu dibalur parutan kelapa setengah tua yang sudah dicampur dengan garam dan dikukus. Lalu dimakan begitu saja.
Kalau sudah beberapa hari dan sudah mulai keras, digoreng dengan telur. Kalau sudah benar benar keras, dipotong potong, lalu diberi santan kental dan garam, dibungkusi daun pisang sedikit sedikit lalu dikukus sampai matang.
Di antara ketiga cara mengolah ini, favoritku adalah yang digoreng dengan telur. Karena rasa kue K'ranjang yang manis banget dipadu dengan telur yang gurih menjadikan rasa yang khas dan 'ngangeni.. :)
Bertahun tahun selama aku tinggal di Surabaya, Mamie masih rajin mengirim kue K'ranjang setiap dekat Sincia. Tapi sejak langganan kami di Semarang tidak lagi bisnis kue K'ranjang, akhirnya pengiriman dodol Cina ini berhenti. Sebagai gantinya di kantor, ada Nancy, teman yang rajin bagi bagi kue K'ranjang. Tidak seenak yang dari Semarang, tapi lumayan buat obat kangen.
Tahun ini aku beli sendiri kue K'ranjang. Nggak tau kenapa kok tiba tiba pengeeeen banget makan kue yang hanya muncul setahun sekali ini. Aku hanya beli 2 biji, rasa pandan dan rasa gula Jawa, itu juga harus order dulu. Dan aku menyesali kenapa hanya beli dua, soalnya sekarang masih pengen lagi :)
Cara menggoreng kue K'ranjang gampang banget. Kue yang sudah dipotong potong, dicelupkan dalam kocokan telur yang diberi garam dan sedikit vanili. Memang kue K'ranjang sudah wangi, tapi dengan tambahan vanili, amisnya telur nggak kecium sama sekali. Ngocok telurnya juga pakai garpu saja dan jangan terlalu niat sehingga telur tetap kental, jadi waktu digoreng tidak terlalu tipis. Goreng dengan api kecil saja sebentar lalu ditiriskan di atas kertas merang atau tissue dapur supaya minyak yang banyak banget berkurang. Karena lengket di plastik, pisau atau tangan, basahi dulu semuanya dengan air matang sedikit.
Beberapa malam yang lalu, waktu hujan deras aku sudah selesai makan malam dan sedang leyeh leyeh di ranjang, tiba tiba membayangkan nikmatnya makan kue K'ranjang hangat di cuaca dingin begini. Langsung aku bikin dan setelah matang, dengan bangga menawarkan kepada Pok dan Cinta, aku bilang 'Ayo cobain, ini enaaaak sekali, sukaan Mamie waktu kecil'. Dan,asal tahu saja, sodara sodari...mereka berdua tertarikpun tidak. Cinta masih mending, mau nyicipin dikit...tapi trus dilepeh, katanya 'Nggak enak'. Pok hanya senyum sambil geleng geleng kepala tok, tanda menolak.
Masih belum puas pamer, aku share photo gorengan kueku ke BBM family Oei yang berisi kakak, adik dan keponakanku...dan sambutan yang aku dapatkan adalah "Nggak kepengen dan nggak suka !" Malah 2 keponakanku yang masih pada remaja nggak ngerti sama sekali nikmatnya makan kue K'ranjang goreng dan mengira photo yang aku share adalah empal dan pisang goreng... Oalaaaah....jangan jangan hanya aku, Mamie dan almarhum Papie yang dulu suka kue K'ranjang ya...hihih...
Waktu 2 kue K'ranjangku habis (aku makan sendiri) dalam 2 hari, masih pengen lagi. Lihat di Giant dan Sinar, adanya yang sudah keras...ndak enak yo...Akhirnya tadi aku pesen lagi ketemenku yang jualan kemarin...dan besok malam aku bakal makan itu lagi, tapi kali ini nggak bakalan nawarin dan pamerin ke siapa siapa daripada nelongso.... :D.
So, Gong Xie Fat Choi, everybody...semoga tahun Kelinci ini membawa banyak berkah dalam kehidupan kita semua, baik yang suka maupun tidak suka makan kue K'ranjang, yang pinter masak ataupun yang enggak....biarlah semua mendapat rejeki, kesehatan, kasih sayang dan semua yang terbaik yang bisa diharapkan dalam dunia ini. Yang ingin punya anak, bisa mendapat banyak anak seperti kelinci.... whatever you wish come true lah...:D
aku yang nggak ditawari malah kepengen tau rasanya tuh mba Hanna, hehehe...
ReplyDeleteWkwkwk...Krissss...tak peluk kau...
ReplyDeleteBTW, memang enak kok, ayo dicobain mumpung lagi musim ya.
Mbak Hana...sama nihhh...aku juga kangen nihhh maem kue ranjang.....tadi malam sdh pegang2 mau beli di Giant tapi ragu2 karena keras banget....suamiku malah nanya: kuwi panganan apa? he he...dia ngga kenal/ora mudheng kalo ini panganan enak jeh!
ReplyDeleteAku yo ndak doyan, Han. Paling banter ke rumah orang, ditawari, aku makan 1 potong, sudah wis. Ndak nambah. Setelah merit yo ndak kepengen bikin atau beli sendiri.
ReplyDeleteBerarti aku bisa jadi ponakanmu ya hehehehe.
Omong2, sepupunya papaku (mama dan mama sodara kandung) juga marga Oey. Jangan2 kalian masih satu klan :))
bagus gan, info ini sangat membantu ane, kebetulan ane sedang hunting tema ini oya barang kali agan butuh backlink gratis ane punya info neh teetah.net
ReplyDeleteTeetah adalah sebuah komunitas untuk blogger, Disini kamu bisa melakukan banyak hal mulai dari mendapatkan teman,Penghasilan hinga bonus 120 backlink untuk kamu secara cuma-cuma
Cik Hana,
ReplyDeleteini kesukaanku jg lho.. Tapi tempo hari goreng, malah lengket semua ke wajan.. Gmn cara goreng yg bener sih cik?
Jeanny,
ReplyDeleteYang pasti, penggorengannya harus yang anti lengket, trus membaliknya di tunggu kalau yang bawah sudah benar benar kering.
salam,
Wah mba... sama neh cara ngolahnya.. kebetulan mamaku suka dikasih kue keranjang kalau dekat2 imlek... kalau ga dikasih telur, biasanya dikasih tepung seperti pisang goreng.. *jadi pengen*
ReplyDelete