Tuesday, 11 October 2011
Manisan Cerme a la Mak Co-nya Cinta :D
Waktu aku kecil, kami sekeluarga tinggal di daerah Candi Lama Semarang. Di daerah tersebut banyak sekali buah buahan yang sudah termasuk langka sekarang,atau paling tidak, langka di tempat tinggalku yang sekarang.
Dulu tetangga kami punya pohon rambutan besar yang sebagian dahannya menjorok ke teras loteng rumah kami. Dan kalau lagi musim rambutan, kami, anak anak yang masih kecil bisa ikut menikmati buahnya dengan cara memetik dari dahan itu (kan katanya, bagian tanaman yang tumbuh di rumah tetangga menjadi milik tetangga tersebut..hihih..tapi sang pemilik rumah tahu dan merestui kok, jadi bukan termasuk mencuri).
Trus mereka juga punya pohon kedondong, yang kalo musim ulat, ulatnya yang besar hitam berbulu bisa jalan jalan ke mana mana. Ada pohon nangka yang buahnya manis dan tebel banget. Kalau nangkanya matang, pasti kami sebagai tetangga sebelah rumah dibagiin.
Ada jambu klutuk (jambu biji). Kalau jambu biji, aku nggak tertarik, karena di rumahku waktu itu ada. Pohon jambu di rumahku dulu, hanya 1, tapi besar dengan 2 dahan utama. Anehnya, dahan yang satu berbuah jambu biji (yang banyak banget bijinya) dan dahan yang satu lagi berbuah jambu sukun. Jambu sukun itu tidak ada biji yang kecil kecil gitu, tapi ada 1 lobang kecil di tengahnya.
Ada satu lagi buah yang ditanam tetanggaku, yang sampai sekarang aku belum pernah nemu di perumahanku, yaitu buah buni. Cicikku di Jakarta sudah dapat buah ini dan sudah mulai berbuah..hmmm..senengnya... :)
Di rumah teman teman sekolahku, yang juga sekitaran rumahku, ada jambu mente, alpukat, dan sawo. Sepanjang jalan menuju sekolah SD/SMPku ada pohon Tanjung, yang buat aku sangat menarik, walau tidak bisa dimakan.
Sedang di rumahku sendiri, selain jambu aneh itu tadi, ada srikaya, sirsak, cerme, belimbing wuluh, belimbing buah, mangga (sampai kami pindah rumah belum berbuah juga), pepaya yang rasa kapurnya kuat banget (dan aku suka) dan jambu air lilin. Mamiku yang gemar bertanam, sempat mencangkok jambu air lilin ini menjadi beberapa pohon kecil. Aku kebagian 1 dan aku tanam di depan rumah. Pernah berbuah beberapa kali (padahal yang di rumah Mami rajin banget buahnya), buahnya panjang, merah tua dan manis banget.
Tanpa aku sadari kesukaanku atas buah buahan ini terbawa sampai sekarang. Sedapat mungkin aku berusaha menanam buah yang sama di rumahku, walau tidak semua berhasil.
Srikaya, gagal, karena buahnya nggak bisa besar. Sawo, buahnya asin (swear,asin ! pengaruh airnya kali yah..). Jambu air yang beli di Trubus juga cuma berbuah 2 - 3 kali setelah itu hanya rajin berbunga tapi gugur. Jambu biji,cuma sebentar rajin berbuahnya. Sekarang aku punya jambu sukun tapi belum berbuah walaupun sudah tinggi. Pernah berbunga, tapi gugur juga. Belimbing sayur/wuluh, sudah ada, sudah berbuah tapi nggak terlalu special, karena buahnya hanya aku pakai kalau lagi bikin asem asem.
Dua pohon mangga Manalagi sudah habis ditebang karena salah pengertian antara aku, suamiku dan tukang kebon yang kami pekerjakan waktu itu. Tinggal 1 pohon mangga Kepodang di depan rumah yang sudah 2 tahun ini makin gendut tapi nggak mau berbunga/berbuah juga. Kedondong Bangkok pernah punya, tapi buahnya cuma secuil dan nggak bisa besar sudah rontok.
Yang masih kepingin tapi belum keturutan adalah jambu mente, buah buni, sirsat, juwet dan pohon Tanjung....karena tanahnya nggak cukup :D.
Nah yang sekarang mau aku bahas adalah cerme. Beberapa tahun yang lalu aku sempat menanam cerme di depan rumah, sudah besar, sudah berbuah, sayangnya dulu si mbak sering dicomplain tetangga sebelah rumah karena daunnya mengotori terasnya, males ribut dengan tetangga, jadi dengan hati yang hancur aku tebanglah pohon cermaiku itu.... Sekarang aku punya pohon cerme tapi masih kecil..mudah mudahan cepat besar dan berbuah (fyi, tetangganya sekarang sudah ganti..yang ini suka tanam tanam, jadi nggak masalah kalau terasnya kejatuhan daun :D)
Waktu Emakku, atau Mak Conya Cinta, masih hidup dulu, beliau rajin sekali mengumpulkan buah cerme yang sudah besar dan matang trus dibuat manisan.
Siang hari kalau cucu cucunya nggak mau tidur, diajak menjolok buah cerme, lalu Mak yang mengolah :D
Matangnya cerme adalah bila warnanya sudah menguning tidak hijau lagi dan (biasanya) tidak terlalu asam lagi.
Cara membuatnya juga sederhana banget. Cerme yang sudah dipilih ditaruh di atas tampah, kemudian digilas pelan pelan dengan parut kelapa sampai memar. Rendam dengan air kapur semalaman.Lalu cuci bersih.
Kemudian rebus sampai mendidih : air, garam dan gula, kira kira kalau cermenya seperti photoku di atas, airnya 2 gelas, gulanya 3/4 gelas, tambah 1 sendok teh garam. Tambahkan beberapa tetes pewarna merah dan coklat. Masukkan cermenya, masak dengan api kecil sampai air mengental tapi tidak sampai mengkristal, karena kalau mengkristal, cermenya jadi keras. Trus disajikan dalam keadaan dingin...dan wuih...enak banget... manis, asin, asem dikit...
Memang gampang beli manisan cerme di toko toko, tapi kebersihannya dan kesehatannya tidak dijamin. Aku perhatiin dari tetangga depan rumah Mamiku yang sekarang, pembuat segala jenis manisan. Setelah direbus, buah buahan yang dibuat manisan itu dijemur pakai tampah tanpa tutup, di atas genteng. Mana dia punya rumah burung merpati di deket gentengnya...hmmm....males banget makan manisan cerme bonus serpihan kotoran merpati dan dihinggapi lalat :(. Belum lagi manisan yang dijual dalam toples toples besar yang bisa bertahan berbulan bulan tanpa kulkas, tanpa ac...entah pakai bahan pengawet apa.
Waktu aku buat manisan cerme ini, si Yuk ketawa ketawa. 'Kalau di desaku, ndak ada orang yang mau makan ini, Buk. Lha bagaimana, gula mahal, minyak kompornya juga mahal,males orang orang, buat apa dimakan, dibuang sudahhh...", katanya dengan logat Madura yang medok. "Hah ???"
Tapi setelah matang, aku kasih Yuk untuk nyicip, jatuh cintalah dia...langsung berikrar "Nanti kalo aku pulang lagi musim cerme, aku bawain banyak banyak, Buk !" Baiklahhhh... :D
Last but not least, pohon cerme banyak manfaatnya bagi kesehatan lho. Coba baca di sini
Mbak...kalau buah-buahan berbunga tapi gugur melulu.... mungkij karena tanahnya kurang unsur fosfor dan kalium, coba beri NPK yang komposisinya 15:20:20 atau yang kandungan P dan K nya lebih besar dari Nitrogen-nya
ReplyDelete@ mbak Eva : terimakasih informasinya ya.... :)
ReplyDelete