Akhir bulan Juni sampai awal Juli 2011 kemarin, kami sekeluarga mengisi liburan kenaikan kelas Cinta dengan mengunjungi
Pandaan, tinggal di
Taman Dayu Golf Club and Resort yang nyaman dan ke rumah Mak Kiem di
Semarang.
Cerita tentang liburannya ada di
blog Cinta...yang di sini hanya cerita soal kulinernya saja ya..
Selama di Pandaan, yang paling kami suka adalah makan di Ikan Bakar Cianjur, yang letaknya tidak jauh dari Taman Dayu. Menu yang kami sukai adalah Nasi Goreng Pete yang enaaaak banget, Karedok dan Gurame Pesmol. Gurame Pesmol ini adalah rekomendasi dari bossku yang orang Singapore. Beliau bilang, kalau ke Ikan Bakar Cianjur, harus makan Gurami Pesmol. Aku yang tadinya nggak pernah tertarik untuk nyicipin (karena buat aku di IBC yg enak Gurami Goreng Keringnya) jadi penasaran. Setelah mencoba...jadi ketagihan :D
Kalau Karedoknya, menurutku sih enak, tapi waktu kapan hari makan malam di sana bersama teman teman dari Jakarta, mereka bilang Karedoknya kurang 'Sunda"...tapi aku nggak ngerti Karedok Sunda seperti apa :D
Dalam perjalanan ke Semarang, kami lewat Tuban. Sambil nostalgia waktu dulu sering pulang ke Semarang naik travel (waktu masih bujang :D). Kalau dulu naik travel Surabaya - Semarang, paling sering berhenti di restauran Pangestune. Terletak di seberang pantai, di sebelah kiri jalan. Dulu yang paling aku suka adalah asem asem kikil. Walaupun tengah malam nyampai di Pangestune, aku selalu bela belain turun dari mobil dan makan, walaupun mata pedes..hehehe..
Rasa asem asem kikilnya sebenarnya enak banget juga enggak, cuma bening dan kikilnya (kikil kambing) empuk...
Sayangnya waktu kami ke sana, asem asem kikilnya lagi kosong... Jadi kami pesan cumi masak hitam (masih enakan buatanku :D)
Dan Mangut Iwak Pe kesukaan suamiku. Mangutnya kata suamiku sih enak...pedes dan sedap.
Sesampainya di Semarang, setelah perjalanan panjang, kami cari makan dulu sebelum ke rumah Mak Kiem. Tujuannya sudah pasti, bakmi goreng pak Gareng jalan Wotgandul. Kalau yang ini, highly recommended.
Semua masakannya dimasak dengan anglo (kompor arang), jadi sedap banget. Memang nunggunya agak lama, tapi worth it.
Hampir semua bakmi Jowo di Semarang menyediakan sate kulit dan jerohan. Kalau mau makan, dipanasin dulu sebentar lalu dituangi kecap tanpa kita minta. Jadi kalau kalian nggak terlalu suka kecap manis, kudu bilang sebelumnya. Kekurangan bakmi goreng pak Gareng adalah lokasinya yang untuk sulit parkir, tapi tukang parkirnya cooperative banget, pasti dibantuin. Selama 5 hari di Semarang, kami 2 kali ke pak Gareng :D
Nah, masakan khas Semarang yang lain adalah Nasi Ayam. Banyak banget orang jualan Nasi Ayam, ada yang jual hanya pagi hari, termasuk bakul gendong yang lewat di kampung kampung dan ada pula yang jualnya malam saja.
Salah satu yang jualnya malam adalah Nasi Ayam Yu Nah ini. Buka dasar di depan toko yang sudah tutup (emperan). Yang jual duduk nglesot di lantai, hanya menyediakan 1 meja panjang, beberapa kursi tapi rameeee banget. Yang beli sebagian besar bermobil, banyak yang dari luar kota (mungkin karena musim liburan anak) dan rela antri. Nggak lama sih antri dilayaninya, yg lama nunggu kursi kosongnya :D. Banyak yang rela makan sambil berdiri.
Nasi Ayam terdiri dari nasi liwet (nasi yang dimasak dengan santan), sambel goreng manisa/labu siam dan cecek (kulit sapi), tahu bacem - manis dan asin, suwiran ayam dan kuah opor. Sebagai side dishnya ada sate kulit, usus dan jerohan. Perporsi sekitar Rp 6,000 - Rp 8,000.
Hari kami makan Nasi Ayam, suamiku pesen, walaupun belum kenyang (karena porsinya kecil) jangan nambah. Soalnya habis ini dia mau ngajak makan Tahu Pong. Gubrak !! :D
Tapi aku setuju aja,sama sama maruk,sudah lama nggak pulang kampung sih.
Habis makan Nasi Ayam, kami keliling Semarang atas, maksudnya mau nujukin Cinta yang terakhir ke Semarang masih kecil. Ternyata Cinta nggak tertarik lihat lampu dari kota atas :D
Akhirnya turun balik lagi ke Mataram, langsung ke Tahu Pong Pringgading yang terletak di jalan Mataram (MT Haryono), di sisi sebelah kanan jalan.
Menurutku ini Tahu Pong yang paling enak....
Di sepanjang jalan Mataram ini, banyak banget orang jualan Ayam Goreng. Dulu waktu Engkong masih ada, kami sekeluarga sering keluar makan malam hanya untuk makan Ayam Goreng beginian ini plus sup sayur. Padahal Mak Kiem kalo masak Ayam Goreng lebih jago....tapi dasar seneng jajan, tetep aja kami enjoy :D
Naluri nostalgia tetep ada di hatiku, jadi sambil nunggu tahu pongnya di masak, aku juga pesen Ayam Goreng pak Dadi yang warungnya persis di depan Tahu Pong Pringgading.
Ini penampakan Ayam Goreng, pete dan sambalnya....biasa aja sih, nothing special...
Kalau menu yang ini, aku request khusus ke Mak Kiem buat sarapan pagi. Bihun goreng khas Mak... :D
Pas Mak sudah masakin Bihun Goreng, eh, tukang soto lewat depan rumah... Trus Mak tanya "mau beli soto, ndak? nanti kalo ndak beli, sampai Surabaya ngarep ngarep". Lhooo...ya jelas mau...hihihih... Hanya aku yang beli, karena Cinta, Pok dan Mak Kiem nggak suka. Pok hanya mau sate jerohannya saja. FYI, Cinta nggak suka soto yg bening karena sudah biasa makan soto kuning a la Surabaya/Lamongan.
Siangnya kami ajak Mak jalan jalan, sambil cari makan. Kali ini makan di Mie Titee dan Tahu Pong Gajahmada yang letaknya bersebelahan.
Mie Titee adalah mie, bayam, taoge, kaki babie (titee) yang dimasak kecap dan diberi kuah bening. Bawangnya berasa banget. Sambalnya cabe rawit hijau yang digerus kasar. Favoriteku sejak kecil :D
Dulu kalau menurutku, Tahu Pong Gajamada ini enak banget, lebih enak dari yang di Pringgading, tapi waktu kemarin makan, aku dan Pok sepakat bahwa yang Pringgading lebih enak....petisnya lebih kerasa.. Kata Mak Kiem, karena Bapaknya sudah meninggal dan usahanya diterusin anak anaknya, jadi rasanya beda....nggak tau bener nggak tau enggak... :D
Malam hari, kami mengajak Cinta ke Lind's di jalan Papandayan, Semarang atas.
Dari tempat ini, karena lokasinya di atas, kita bisa melihat indahnya city lights kota Semarang bawah.
Menunya yang khas adalah ice cream....
Karena aku nggak suka ice cream, aku pesan Lasagna ( konversi yang nggak seimbang sebenernya yah? :D). Not bad at all.
Hari berikutnya sebelum cari duren di daerah Ngaliyan, kami makan siang dulu di Sate Kambing 29 a.k.a. Sate Kambing Gereja Blenduk. Namanya Gereja Blenduk, karena di atas gereja peninggalan Belanda ini ada seperti stupa yang berbentuk setengah lingkaran atau seperti blenduk ( biji jagung yang direbus dan mekar)
Satenya enak banget, empuk, besar tapi matang sampai ke dalam dalamnya. Bumbunya pakai bumbu kecap....
Malam terakhir sebelum kami kembali ke Surabaya, kami bingung mau makan apa. Sebenarnya kalau untuk aku, banyak banget makanan Semarangan yang pengen aku makan, sayang suamiku nggak semua suka. Pas lagi mikir mikir, koh Nan, kakak iparku telpon, dan dia menyarankan kami makan bakmi Jowo pak Har yang kata koh Nan letaknya di belakang tokonya, tapi koh Nan lupa nama jalannya. Cuma ancer ancernya deket gereja Pringgading. Aku muter muter sampai berkali kali nggak nemu. Akhirnya ingat untuk telpon Mak Kiem yang malam itu nggak mau ikutan keluar. Dipandu Mak lewat telpon, akhirnya ketemu. Ya olooooh...letaknya di gang kecil banget di jalan Karang Wulan. Tapi, sodara...ramenya bukan main !!
Penasaran rasanya, kami rela ngantri... Pok kehilangan selera makan di tempat karena antrian penunggu banyak banget. Jadi kami order untuk di bawa pulang. Ngantrinya hampir 1 jam. Ini juga masaknya pakai arang. Selain orang yang makan di tempat, banyak juga yang pesan untuk dibungkus.
Sampai di rumah, kami makan, tapi kami kecewa...
Nggak tau karena dibungkus trus rasanya beda atau memang kurang enak (menurut selera kami)
Masih jauh lebih enak pak Gareng deh... Tapi pendapat kami berdua (aku dan Pok) ditentang keras oleh keluarga Semarang..hihih...mereka semua bilang yang paling enak di Semarang saat ini adalah pak Har ini. Ya sutra lah....
Habis beli pak Har, kami mampir ke Jagalan beli kue Terang Bulan (Martabak Manis/Kue Bandung kalo orang Semarang bilang)
Lagi lagi menurut kami ini kue Bandung paling enak...harganya memang mahal tapi isinya juga berlimpah, pakai butter pula. Tapi sekali lagi pendapat ini dieyel oleh cik Enny dan Gabby. Waktu kami sudah sampai Surabaya, mereka kasih tau bahwa menurut mereka sekarang jagalan nggak enak, yang enak sekarang yang di Moh. Suyudi. Haiyaaah....wis terlanjur pulang ke Surabaya baru dikasih tau :D
Habis beli kue Bandung, kami masih mbungkus es Marem, yang kata orang orang rasanya marem.... Jualnya juga di emperan, di depan sekolah...hanya malam saja bukanya.
Aku beli es Marem....
Pok order es teler... Hasil setelah saling cicip : nggak special...
Sebagai belanjaan terakhir di Semarang, kami beli lumpia Semarang...kalo yang ini belum ada yang bilang nggak enak..hehehe..soalnya rasanya bener bener juara...
Harganya sekarang Rp 9,000,.padahal terakhir beli masih RP 7,000-an....
Dalam perjalanan ke Surabaya, kami masih sempat beli tahu bakso di Ungaran. Kalau mau beli yang paling recommended adalah bu Puji. Banyak cabangnya, semuanya enak. Sayang kami nggak sempat fotoin...
Wisata kuliner di Semarang berakhir...ntar kalau pulang kampung lagi, mau nyobain kue Bandung yang di Moh. Suyudi ah... :D