Friday 29 May 2009

JCC on the weekend


Alkisah, 2 hari yang lalu di depan ATM BCA di kantorku, ada 4 ibu ibu ngobrol rame. Waktu aku dateng, salah satunya, Aryani, ada di friend list FaceBookku bilang ke aku 'Mana ini kok kuenya cuma dipamerin aja di FB, nggak pernah dibawa sampling'. Nah, ibu yang 2 lagi, Lala dan Monica langsung antusias, tanya tanya kue apa aja yang aku buat. Aku sebutin satu satu, mereka tertarik sama pastel tutup. Tapi ordernya cuma dikit dikit, nggak memenuhi quota pesanan. Ya aku reject tho...tak suruh nyari temen dulu baru order :)


Trus...waktu aku nyebutin Japanese Cheese Cake, si Lala tanya, enak nggak? enak mana sama Harvest?? haaaaaaa........perbandingan yang terlalu lebay, kataku. Whatever, akhirnya mereka berdua, Lala dan Monica pesan 2 JCC buat hari Jumat ini. Keduanya pesan nggak mau pakai whipped cream tapi untuk alasan yang berbeda. Lala nggak suka WP, sedangkan Monica takut WPnya leleh karena cakenya mau dibawa ke Madiun. Karena itu aku cuma kasih apricot glaze dan blueberry jam, decorated sama buah kaleng dan buah segar. Buahnya Lala minta kiwi dan anggur, kesukaan suaminya.

Nah, inilah hasilnya :




JCCnya Lala




JCCnya Monica



JCC buat mamanya Olive yang kemarin pesen Black Forest..ini bonus karena waktu pesen BF kemarin kasih uangnya banyak banget, nggak mau dikembalikan... :)



kalau yang ini icip icip buat kedua mbakku di rumah, mbak Sus dan mbak Ti yang sudah repot nyuci peralatan bakingku sampai 3 kali karena aku bikinnya 3 kali juga :)



Nut on the shell : ternyata pasang photo di Facebook ada faedahnya ya? :)





Monday 25 May 2009

Black forest untuk Olive



Minggu lalu dapat pesanan Black Forest Cake untuk ulang tahun Olive, puteri sahabatku yang akan berulang tahun ke 9 tanggal 24 May 2009.


Mamanya pesan, cakenya nggak usah terlalu besar, diameter 20cm aja karena takut Olive maem kuenya terlalu banyak..hihih...gak papa kali, Ma...ulang tahun kan cuma sekali setahun.


Aku buat base cakenya pakai sponge cake coklat Yongki yang 15 telur. Hiasannya pakai pagar coklat, choco curl DCC dan WCC , whipped cream dan cherry merah. Vlanya aku pakai dark cherry kaleng dan airnya dimasak dulu dengan sedikit gula (karena terlalu asam untuk anak anak), tambah rhum dan sedikit maizena. Kepada Mamanya Olive aku pesanin, kalau BF ini pakai whipped cream bukan butter cream, jadi jangan dibuang. Mamanya Olive nggak suka maem buter cream, kalau beli kue tart pasti setelah diphoto photo, butternya dibuang, kuenya aja yang dimakan. :)


Membuat choco curlnya sudah agak lumayan berhasil, berkat ngelihat Riana praktek waktu kursus Cake International kapan hari. Ternyata jauh lebih mudah waktu bikin yang white chocolate, hasilnya lembut dan rasanya agak agak berasa lemon, jadi nggak enegh.


BFnya aku selesaikan Sabtu malam, simpan di kulkas. Minggu jam 6 pagi diambil sama sang pemesan, mau diberikan sebagai kejutan untuk gadis kecilnya yang nungguin di rumah.


Olive, tante Hanna mengucapkan selamat ulang tahun yang ke sembilan, semoga makin besar makin tambah cerdas, sayang Tuhan, Mama Papa dan Harvey. Semoga tambah pinter bikin kuenya ya..kapan kapan kita kursus bikin kue barengan ya..heheh..


choco curl

Wednesday 20 May 2009

Kursus Cake International NCC Surabaya


NCC Surabaya, mejeng setelah kursus... ada Endang Paloepiningrum, Lia, Nunung, Nila, Fensy, Riza, Rita He, Lily (yang pake kaos biru sebelah kiri gambar)...dan lain lain (maksudnya : yang lain lain ini aku nggak sempat kenalan..hiks..)





Masih dalam rangkaian kunjungan kerja bu Fatmah Bahalwan dan team NCC ke Surabaya, hari Selasa 19 Mei 2009 kemarin aku ikutan kursus Cake International yang diajar oleh beliau di Tbk. Arvian, jalan Margorejo.



Kali ini pesertanya bukan hanya member milis NCC, tapi campur dengan pelanggannya Arvian. Kursus dimulai jam 10 pagi, tapi aku sudah datang jam 9, karena itu aku bisa melihat persiapan persiapan yang dikerjakan bu Fat, Riana, Nadrah dan Ita.



Sambil nunggu waktu mulai, bu Fat membuat coklat pagar. Asyikkk...pelajaran gratis nih.. Ibu pakai piping bag yang ujungnya dikasih lubang kecil, jadi rapi.




Riana membuat choco curl. Semua peserta jadi pengen ikut nyobain..hasilnya ? Nggak semua bagus, banyak yang hancur, tapi lumayan buat nambah ilmu..





choco curl




Nah, materi kursus kali ini adalah :






Black forest cake




Devil's food cake




Sacher torte


Opera cake (yang ini enakkkk banget)





Bu Fat dan Riana mempraktekkan bikin keping coklat bergambar dengan chocolate transfer sheet dan cetakan berbentuk hati. Waktu coklatnya sudah jadi, chocolate transfer sheetnya dibuang, walaupun masih banyak gambar bunganya....aduhhh...sayang banget...coba kalau aku yang bikin di rumah, pasti sisa sisa gambar itu aku pakai lagi, kalau perlu ngolesin coklat lelehnya pakai kuas.....gak mau rugi. Tapi kata Riana : ' sudahhhh...iklaskan saja...' hihihih...








Nah, yang aku paling demen adalah cara Riana memisahkan kuning telor dari putihnya. Ternyata pakai cara dipecahin semua, taruh di mangkok besar trus kuningnya diambilin pakai tangan. Aku sering lihat cara ini kalau lihat acara chef di AFC, aku pikir ini cara sesat, saking si bule pada males repot aja...ternyata kata bu Fat dan Riana, ini cara yang paling praktis. Wah, kalo pakai cara gini pasti tambah seneng si Cinta ntar kalau aku suruh ngobok ngobok baskom ngambilin kuning telur... cuma cuci tangannya kudu 10x sebelum dan sesudahnya ya. Sebelum, biar steril, sesudah biar amisnya hilang lenyap dari tangan.





Kursus selesai jam 15:00 tepat sebelum hujan deras yang mengguyur Surabaya. Seperti biasa para 'banci blanja' nyempatin dulu ngubek ngubek Arvian...termasuk aku :)





Kidung Cintaku waktu jemput...photo dulu sama tante tante guru


Nadrah, Riana & bu Fatmah



Monday 18 May 2009

Kursus Singkat Food Photography NCC




Selama ini, ada kesalahan yang sangat mendasar kalau aku motret makanan. Aku pikir bahwa the whole picture akan lebih bagus daripada partial. Memotret the whole dish, lebih kelihatan menarik, terutama untuk foto makanan.

Tapi sejak aku masuk milis NCC dan disana sering dibahas tentang food photography, trus aku baca baca sendiri tentang photography makanan, baru aku tahu kalau itu adalah wrong perception.


Blog teman teman yang sudah mahir photography kebanyakan berisi photo photo yang tidak menekankan pada makanannya tapi sisi artistik makanan tersebut. Dalam hal FP, ternyata ada teori yang mengatakan, semisal kita pengen motret sepiring spaghetti, tidak perlu motret sepiring penuh spaghetti karena sebenarnya semua orang sudah tau bentuk spaghetti, tapi bagaimana membuat spaghetti yang cuma kepotret seencrit kelihatan menarik dan merangsang nafsu makan. Well, teori dapet, tapi bagaimana caranya ya?

Nah, berbekal penasaran, hari Minggu17 May 2009 lalu, waktu NCC mengadakan kursus singkat FP di rumah Onny, Surabaya, aku ikutan. Yang ngajar Riana, jagonya Penny Lane Brownies. Teori diberikan dengan sangat detail (tapi aku tetep aja nggak mudeng..heheh...otak sudah panas mikirin kerjaan kantor sih). Habis makan siang kita praktek motret.


Satu satu peserta dibantu untuk mengenali kameranya masing masing. Dan waktu giliranku...dicoba beberapa kali untuk ambil scene jarak dekat kok nggak focus...ternyata ketahuan kalau di kamera Exilimku, makronya adalah 15cm !! Artinya, paling deket kameraku hanya 15cm ke object photonya. Kalau lebih deket lagi, kabur. Halahhhh.... Ini salahnya kalau beli kamera tidak disesuaikan dengan kebutuhan. Eh, gak gitu ding, aku dulu beli kamera pocket ini karena mau yang praktis, semuanya auto, karena waktu itu perlunya buat motret kalau lagi traveling, nggak konsentrasi di food photography.



Tapi Riana membesarkan hatiku, yang agak minder karena hasil photo temen temen yang lain cantik cantik, katanya biarpun nggak bisa makro yang lebih deket, asal pengambilannya tepat, exposurenya benar, porposi tepat, etc,etc, maka pasti hasilnya akan memuaskan. Yang penting latihan, latihan dan latihan..hihih...

Baiklah, bu Guru, habis ini aku akan latihan terus. Dan aku akan memanfaatkan Canon Power Shot S40 bututku yang, sejak aku beli Casio, tidak pernah aku sentuh lagi. Mudah mudahan hasilnya sesuai dengan harapan, sehingga blogku akan berisi photo photo yang lebih classy.




Oiya, di kesempatan itu, kami NCC Surabaya (dan sekitarnya) sekalian mengadakan acara potluck. Masing masing peserta kursus membawa makanan, boleh beli, boleh pesan orang lain, dan boleh juga buatan sendiri.

Ada Nunung yang bawa jajan pasar, Shirley bawa misoa goreng dan katetong mocha, Luluk bawa sayur asem cs, Yvonne bawa kentang goreng dan spiku, Elfi (yang nggak ikut kursus tapi ngirimin) lontong cap gomek, Raras yang bawa buntil dan ikan asin, tuan rumah, si Onny masak soto banjar dan salad buah. Bu Fatmah mbuatin chiffon pandan. Hmmm....apa lagi ya?? Halahhhhh...saking banyaknya makanan sampai meja makan Onny yang besar penuh, dan makanan sebegitu banyaknya hanya dimakan peserta yang cuma belasan orang, rasanya perut penuuuuuuuuh banget. Tapi seneng, karena acara ini makin mengakrabkan kami semua.

Sayangnya saking konsentrasi sama kursus, aku lupa memotret masing masing bawaan. Hanya punyaku sendiri yang aku photo.. Aku bawa pastel tutup. Ini photonya :




Thermometer Oven



Ovenku adalah oven kuno yang tidak ada pengukur suhunya. Kalau pengen ngoven, aku harus mengira ngira sendiri. Sebenarnya ada sih konversi panas pada tombolnya, cuma aku pengen yang lebih akurat. Aku sudah lama lihat thermometer oven ini di Arvian, tapi kok masih belum tega beli, harganya menurutku (waktu itu) kok mahal... Tapi semakin kesini, rasanya kebutuhan akan thermometer ini kok semakin mendesak. Akhirnya waktu beli timbangan digital kemarin, sekalian aku niatin beli. Harganya di toko 8 Surabaya adalah Rp 123,000. Aku ingat harganya dengan tepat, karena ada sticker di bungkusnya :)





Cara pakainya adalah digantungkan di rak dalam oven, dekat dengan tempat kita meletakkan loyang, buat sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dari kaca oven. Tidak perlu mengeluar masukkan thermometer ini. Dan tidak perlu kuatir pecah karena panas. Thermometer ini memang dibuat untuk tahan panas. Kalau membersihkan, tinggal dilap saja (tentunya kalau sudah dingin), tidak boleh direndam dengan air.





Tanita digital scale





Akhir akhir ini aku sering naik darah kalau menimbang bahan waktu mau bikin kue. Timbanganku Lion Star, yang umurnya memang sudah hampir sweet seventeen, kalau dipakai nimbang gula atau tepung atau butter, walaupun sudah ditambahin banyak banyak, jarumnya tidak beranjak dari 0. Kalau digoyang baru naik, itupun harus digoyang berkali kali sampai ukurannya benar benar pas. Kalau sudah pas trus kena angin dari fan, berubah lagi. Ck !. Untuk membuat kue kue yang bandel, salah timbang sedikit mungkin tidak apa apa, tapi kalau untuk cake yang rigid, kebanyakan atau kekurangan bahan tentu bikin nangis, alias amblegh. Padahal banyak resep yang memakai ukuran aneh aneh, seperti misalnya 17 gr, 3 gr, dll.



Nah, Sabtu kemarin, setelah konsultasi dengan Shirley dan Nuning, akhirnya aku putuskan beli timbangan digital Tanita di toko 8 Pucang. Ada beberapa macam timbangan digital dengan macam macam harga. Tapi yang bikin aku bener bener sreg hanya si Tanita ini karena, walaupun maksimal bebannya hanya 2 kg, tapi dia sangat sensitif sehingga bisa menimbang sampai 1 gram. Mangkoknya pun bisa diganti dengan wadah lain, tinggal merubah angkanya menjadi 0. Baterai yang dipakai adalah 4 baterai ukuran A3.



Harganya (kalau tidak salah ingat) adalah Rp 320,000. Aku beli sekalian loyangnya. Pesan sang penjual, sebaiknya timbangan Tanita diletakkan didalam loyang dan dialasi dengan karton bawaannya supaya stabil. Kenapa aku tidak ingat persis harganya? Karena waktu ke toko 8 aku kesiangan, jam 12:45, lupa kalau si toko tutup jam 13:00. Akhirnya belanja dengan super buru buru, dan waktu bayar strokenya tidak kebawa pulang.




beli timbangan sekalian dengan loyangnya




bisa menimbang sampai 1 gram



Jadi, sekarang tinggal mengiklaskan si Lion Star untuk Cinta main timbang timbangan kecik :) . Bagaimanapun juga, terimakasih ya, timbangan lamaku, walaupun lately kamu ngeselin, tapi jasamu sudah cukup besar buat keluarga Cinta.. :)

Klakat a.k.a. kukusan / dandang kotak




Perkenalkan warga baru didapurku yang bernama Klakat. Bagi yang belum tahu, klakat adalah sebutan bagi dandang atau kukusan kotak yang sering dipakai untuk mengukus brownies, bolu kukus atau makanan lain yang membutuhkan sirkulasi panas yang maksimal.
Bisa saja membuat makanan tersebut dengan menggunakan dandang biasa yang umumnya berbentuk bulat, tapi dengan klakat, karena bentuknya yang besar (sehingga bisa menampung loyang kotak besar) dengan lubang saringan yang besar juga sehingga uap dari air yang mendidih dibawahnya bisa baik dengan sempurna - membuat kue mekar dengan memuaskan.

saringan dengan lubang besar besar


Tutup klakat berbentuk kerucut, sehingga tidak perlu dibungkus lagi dengan serbet karena air dari kukusan tidak akan jatuh keatas kue melainkan langsung jatuh lagi ke alas dandang.



Umumnya di tutup klakat ada kaca kecil untuk mengintip kedalam dan melihat apakah kue sudah mekar/matang. Tapi pengalamanku, waktu dipakai mengukus, kacanya berembun sehingga tidak bisa melihat isi klakat :)


Klakatku ini adalah hadiah tidak langsung dari seorang Ibu yang baik hati, yang awal tahun lalu memberikan hadiah sejumlah uang kepadaku karena kata Beliau, aku sudah membantu waktu Beliau ada di Surabaya....padahal sebenarnya I did not do anything special loh :). Ibu pesan 'jangan dilihat jumlahnya ya. Han, lumayanlah buat nambah koleksi loyang'.


Karena aku pengen uang tersebut dapat terwujud menjadi satu barang, sehingga bisa menjadi kenang kenangan dari Beliau yang aku beli sendiri, awalnya aku pengen beli alat yang bisa menghaluskan kentang kalau aku bikin pastel tutup atau kroket dalam jumlah banyak (hand blender). Tapi nyari nyari di Surabaya kok susah dapatnya sampai akhirnya aku dapat alat penghancur manual yang sangat efisien yang sangat murah harganya.

Nah, awal bulan lalu, waktu belanja di toko 8, aku lihat klakat ini...jadi aku beli aja. Ukuran klakatku adalah 40cm x40cm (bukan 45x45 seperti yang aku tulis di milis NCC kapan hari) , bahannya stainless steel, harganya Rp 221,000. Pertama kali aku pakai untuk mengukus macaroni schotel di dalam loyang berukuran 30x30cm. Agak lama juga menunggu air mendidih kalau pakai klakat karena space airnya besar banget. Tapi kalau untuk masak kue yang butuh waktu lama untuk matang, klakat ini sangat bermanfaat.

Pada saat aku beli di toko 8, setelah memilih modelnya, si mas penjaga toko melakukan test kebocoran - karena ternyata klakat rawan bocor disebabkan bentuknya yang persegi dan banyak sambungannya. Nah, bagi teman teman yang bermaksud untuk membeli klakat, sebaiknya waktu beli bawa 1 botol air untuk mengetes kebocoran waktu beli. Kalau bocor, cepat tukar, jangan sampai rumah baru ketahuan trus kembali lagi ke toko untuk nukerin ya..


Ibu, terimakasih ya...akhirnya saya punya klakat.. :)

Thursday 14 May 2009

Pesanan snack yang bikin nggak tidur semalaman






Semalam aku, mbak Sus dan Pok sama sama tidak tidur sampai pagi. Pok sibuk dengan kerjaan editan videonya yang harus kelar Jumat besok. Aku dan mbak Sus sibuk mempersiapkan pesanan snack dari temen temenku untuk meeting meeting mereka hari ini.

Sebenarnya pesanan snacknya nggak terlalu banyak jumlahnya, tapi ada 5 macam snack yang harus aku bikin. Pudding, Sus, Macaroni Schotel, Muffin Tape Keju dan kroket ayam keju jamur (lagi). Sebenarnya snack ini dipakai untuk meeting pagi dan siang. Yang bikin kami nggak tidur adalah, aku mau semua snack sudah siap waktu aku berangkat kantor pagi pagi, jadi siang nggak perlu kirim lagi dari rumah, karena Pok sedang sibuk.


Jadi, kemarin malam, yang pertama aku (dibantu mbak Sus dan mbak Tin) bikin adalah kulit dan isi kroketnya, sisihkan dulu, nunggu dingin. Setelah proses persiapan kroket, kedua mbak sudah dipanggil sama Genduk Cilik disuruh nemenin main. Aku lanjut kerja bikin muffin tape keju. Sementara nunggu muffin di oven, aku nyetak kroketnya. Trus dipanir, masuk chiller. Langsung bikin kulit sus..Sudah jam 1 pagi. Cinta masih belum bisa tidur...ternyata maunya bobo dipeluk Mamie..ya wis, aku temanin pura pura tidur sambil deg-degan, takut ketiduran beneran..eh, seperti kemarin, gak sampai 10 menit si Genduk sudah merem :)





Waktu bikin muffin tape keju ini aku sudah tambahkan BP, dan ngisinya lebih banyak karena aku bikin 2 resep, tapi ternyata hasilnya tetep aja nggak munjung.... Memang tidak terlalu amblegh seperti yang lalu...tapi ya wis lah, yang penting rasanya lembut, manis, gurih dan ngangenin. Menurut aku,kalau agak agak gosong kok malah enak ya..lebih gurih rasanya :)








Selesai muffin dan kulit sus matang, aku bikin macaroni schotel..eh, gantian mbak Sus yang 'kancilen' nggak bisa tidur. Mau lanjut kerja aja sampai selesai semua, nggak tega lihat ibu kerja sendirian katanya. Bener bener mbakku yang satu ini ya...ck..ck..ck.. Lha aku sendiri mau tidur bentar takut kalau bablas bangun siang..yo wis, lanjutkan saja. Aku ngisi sus, mbak Sus nyuci barang barang bekas aku pakai masak. Selesai cuci cuci sudah jam 3:30 pagi. Mbak minta goreng kroketnya sekarang aja...OK, kataku, toh sudah cukup lama di chiller.




macaroni schotel






pudding coklat decorated with strawberry





Next step aku bikin pudding coklatnya, sambil disentor fan supaya cepat beku. Melelehkan coklat, coating sus...trus potong strawberry buat puddingnya. Kenapa pakainya strawberry, which is bukan pasangan yang lazim untuk pudding coklat? Karena waktu ke Giant kemarin sore, aku kesengsem sama strawberry yang besar besar dan segar ini. Dan kenapa strawberrynya pakai DCC cair separo badan ? Supaya bisa nempel di puddingnya... Tukang kue amatiran selalu punya banyak alasan untuk pembenaran diri kan? :)


Jam 5 pagi sebenarnya semua pekerjaan sudah beres, semua sudah masuk kotak. Tukang koran sudah datang, Satpam sudah keliling gang, burung tekukur mbak Sri sudah mulai ribut...eh, gak ada hubungannya ya? hihih...



Mbak Sus aku suruh tidur sedangkan aku sendiri duduk di sofa niat baca koran..tapi mata sudah nggak kuat melek lagi, jadi ketiduran di sofa.



Brangkat kantor semua aku bawa, di mobil sudah nggak kuat bicara banyak sama Pok..leher rasanya sudah nggak ada tulangnya..haaaaaaaaa....nguantuk polll... Sampai kantor, untung kok banyak boss, jadi nggak sampai merem di meja.



Kata mbak Sus tadi pagi 'kalau Ibu nggak kerja di kantor enak ya, bisa konsentrasi jualan kue. Halah !! Ya mending kerja kantor sambil jualan kue tho ya...walaupun badan cape tapi ada 2 income.. :)





sus isi vla coklat, coated dengan DCC

Wednesday 13 May 2009

Pisang goreng keju dan kroket ayam jamur keju untuk meeting PR (siang)



Pesanan snack yang siang adalah kroket ayam jamur keju dan pisang goreng keju. Kroket maunya aku buat tadi malam, tapi ternyata kentangnya bermasalah.

Waktu mau nyetak kroket, ketahuan kentangnya terlalu lemas, nggak bisa dibentuk. Sudah ditambahin terigu dan tepung kentang tidak membantu. Aku coba tumis seperti sharingan salah satu temen milis, gak berhasil. Akhirnya sebagai pilihan terakhir, aku oven saja. Keluar dari oven sudah jauh lebih baik. Tapi karena Cinta tidak bisa tidur kalau nggak sama aku, akhirnya jam 1 pagi aku tinggal tidur dulu. Bangun jam 3:30 nerusin nyetak kroket, kasih tepung panir, simpan di chiller. Pesen sama mbak di rumah, ntar siang goreng yang bener trus anter ke kantor.


Aku sendiri baru ngrasain kroketku ini di kantor karena ada spare...eh, ternyata rasanya enak loh !! Isinya melted...kentangnya juga enak. Padahal aku sudah lemes aja, karena diperlakukan gini gitu takutnya kroketku berasa aneh...tapi thank God kekuatiranku tidak terjadi.


Pasangannya kroket adalah pisang goreng keju. Yang ini ada storynya juga. Waktu beli di pasar pisang, aku sudah pilih 2 sisir yang bagus. Aku tinggal ke kios sebelah dan pesan sama pak pisangnya untuk masukin mobil. Eh, sampai rumah ternyata pisangnya sudah ditukerin, bukan yang aku pilih tadi. Yang 1 sisir bagus, yang 1 sisir lagi separonya masih pisang bayi, yang belum besar. Grrrrhhhhh........!!! Untung kok jumlahnya pas pas...kalo sampai kurang dari jumlah pesanan gak tau lagi musti cari pisang di mana malam malam. Salahku sendiri sih, harusnya belinya sudah kemarin kemarin..nggak mefet gini.




Kalau pisang goreng kejunya ini bener bener pilihan si pemesan. Dia memang suka banget pisang goreng. Bedanya sama aku, kalau aku makan pisang goreng seneng yang tepungnya tebel dan enak, kalau temenku ini, seneng pisangnya aja, kalau ada tepungnya, biarpun enak, pasti dibuang :D. Yang tadi siang mintanya pisang goreng keju. Pisangnya pisang kepok merah, tidak terlalu matang (biar nggak nyunyut) dibelah, diisi potongan keju, goreng dengan tepung, trus atasnya ditaburi keju parut.


Besok ada pesanan lagi dari PR...mudah mudahan tidak ada masalah ntar malam, jadi nggak kehilangan mood dan hasilnya memuaskan **Tuhan dengar harapanku**

Lumpia Semarang & Muffin Kornet Keju untuk meeting PR (pagi)



Tadi pagi aku bikin pesanan temen untuk meetingnya. Aku buatin lumpia Semarang dan muffin kornet keju...bukan berarti pembeli yang menentukan jenis pesanannya loh, tapi aku sebagai penjual yang milihin, soalnya yang pesen temen sendiri :)





Muffinnya pakai resep muffin tape keju yang kemarin, tape diganti kornet...sudah ditambah baking powder, tapi ternyata tetap saja tidak menjulang tinggi...mungkin karena loyan muffinku terlalu lebar.


Trus untuk lumpia Semarangnya, tadinya aku mau kasih lumpia basah aja, nggak digoreng, tapi agak kuatir juga kalau nggak dimakan makan, kulitnya jadi kering, malah ruin the whole performance. Ya wis akhirnya digoreng aja. Dilengkapi dengan saus gula Jawanya , cabe rawit dan daun bawang.




Isi lumpia Semarangku : rebung, udang, kepiting kupas, telur.




Kulit lumpia ini yang khas dari lumpia Semarang. Kulitnya tipis banget tapi lentur (kalau masih baru dan tidak kering ). Kalau ada yang bilang jual lumpia Semarang tapi kulitnya nggak seperti ini brarti palsu... :)




Menyimpan lumpia basah harus diberi sekat dari daun pisang atau plastik supaya tidak menempel satu sama lain.



Goreng dengan minyak banyak dan api kecil....



saus lumpia Semarang yang asli hanya terdiri dari gula jawa dan bawang putih, kalau ada yang pakai taoco, berarti bukan asli..heheh...Peace !!

Sate kambing Tegal di Surabaya

Aku dan suamiku, Pok adalah penggemar berat sate kambing. Kalau lagi keluar kota, terutama ke Jawa Tengah, kami pasti berusaha untuk makan sate kambing. Di Semarang, kampung halamanku, ada sate kambing gereja Blenduk, sate Kapuran, sate kambing Mataram dan lain lain, yang rasanya bener bener mak nyus dan ngangeni. Di Jogja dan Solo sate kambingnya juga OK dan tongsengnya bener bener 'ngambing'.

Tapi sampai hari ini kami belum nemu sate kambing di Surabaya yang bener bener bisa dikatakan sempurna. Di Japanan ada sate kambing cak Malik yang bener bener mantap tapi kalau dari rumahku jauhhhhhhhhhhhnya bukan main, harus lewat lumpur Lapindo Porong. Di belakang rumahku ada yang satenya besar besar tapi seringnya masih mentah dalamnya dan harganya nggak masuk akal, ada lagi yang lumayan , tapi banyak lemaknya dan pelayannya bikin naik darah semesta karena kalau dipesenin jangan pakai bumbu kacang selalu salah, ada juga yang enak, empuk, harganya reasonable tapi dipinggir jalan rame, resikonya kalau parkir mobil kita bisa disrempet praoto :)

Nah, berdasarkan kerinduan untuk menemukan langganan sate kambing yang nikmat dan mantap di Surabaya, kapan hari waktu lihat billboard bertuliskan Sate Kambing Muda Khas Tegal di dekat kantorku, mata kami langsung bersinar sinar. Sate kambing Tegal terkenal sebagai sate kambing paling top. Tapi kok berkali kali lewat warungnya tutup terus...hanya lampu yang menerangi billboard baru itu yang nyala.

Sampai hari Senin 11 May 2009 yang lalu, kami niatin lagi kesana dan ternyata buka ! Warungnya tidak besar, tapi bersih...bersih dalam arti segalanya. Selain meja dan dinding nya yang baru saja di cat (shocking pink !!) , pengunjungnya juga bersih, alias tidak ada yang beli kecuali kami. Yang jualan bapak bapak asli Tegal dibantu anak cowoknya.


Saking sepi pembeli, bakaran satenya pun baru dinyalakan waktu kami datang dan pesan. Arang arangnya baru dipecah pecah, pasang api, kipas kipas lamaaaaa banget. Tapi si Bapak antusias banget nawarin menunya (yang tidak terlalu bervariasi). Sambil nunggu bara jadi, dia cerita kalau baru buka 2 minggu ini, dulunya pengen buka warung sate Tegal sendiri, tapi nggak punya modal. Jadi waktu ada orang nawarin kongsi, dia mau aja. Dia yang memasak, orang itu yang memodali, en de bla en de bla..... Lugu banget ceritanya, dan kelihatan kalau mereka (Bapak dan anak itu) happy karena ada pembeli hari itu.


Waktu sate keluar, langsung kami cicipi, ternyata...compared sama sate sate lain di Surabaya yang pernah kami makan, rasanya bisa dibilang boleh lah..tapi kalau compared sama sate Tegal asli...masih agak kurang beberapa langkah, kali ye.. :). Sayangnya nasinya kuning, mungkin kelamaan disimpan di magic jar.




Tapi ada yang bikin kami seneng, yaitu teh dalam poci ini.... Isinya daun teh Tongji dan pakainya gula batu. Sudah lama banget aku nggak menikmati teh poci model ginian.. Poci dan cangkirnya juga sudah direndam air sehingga tidak bau tanah lagi.



Untuk satenya harganya Rp 16,000/10 tusuk. Tehnya Rp 7,500 per poci dengan 2 cangkir. Kalau air panas dan gula batunya kurang boleh minta tambah, gratis.


Yang mengharukan adalah sikap berterimakasihnya si Bapak. Berkali kali, dengan senyum lebar, mengucapkan terimakasih dan kami diantar sampai pintu keluar.


Jadi inget waktu aku dulu nyoba buka depot di food courtnya Alfa Rungkut. Waktu itu aku masih oon banget, cuma kepengen punya bisnis makanan dan food court Alfa Rungkut duluuuuuu banget merupakan food court yang cukup rame terutama jam makan siang. Banyak orang kantoran (yang kantornya di sekitar Rungkut) makan siang di situ termasuk aku dan teman teman sekantor.
Karena itu aku pilih buka depot disana. Salahnya aku nggak survey lagi keadaan terbaru, which is very very sepi, deserted gitu lah, nggak super marketnya, nggak food courtnya. Dan, dengan PDnya aku jualan makanan makanan yang tidak semua orang bisa menerima, yaitu spaghetti, bistik lidah, sup thom yam, sup merah dan salad buah. Niat banget waktu itu. Beli tempat display makanan baru, bikin spanduk, beli peralatan makan yang cantik, merecruit pembantu baru dan ngatur schedule mereka supaya ada 1 (dari 3) yang stand by.

Hari pertama jualan, kebetulan hari Sabtu, aku jagain sendiri. Beberapa orang yang lewat di depan depotku, yang aku beri nama depot Kidung Cinta, cuma lihat lihat aja. Buka jam 10 pagi, baru ada pembeli jam 7 malam, itupun cuma 1 porsi bestik lidah dan pesannya sambil nunjuk nunjuk bossy, milih sendiri lidahnya, nggak mau yang berlemak, katanya. Padahal bestik lidahku bersih dari lemak, secara aku sendiri nggak suka lemaknya. Tutup jam 9 malam, masakan masih utuh di panci aku bagikan ke tetangga. Hari kedua, cuma ada 1 orang yang beli sup merah, pulang masakannya aku simpan di kulkas dan besok paginya bawa kekantor buat makan rame rame sama teman teman...hari ketiga...gak ada pembeli blas, hari ke empat, gak sanggup nerusin. Tutup !! Padahal sudah bayar sewa 3 bulan, dan untungnya, karena kantorku dan Alfa masih ada hubungan kerja, persekot yang 2 bulan boleh diminta lagi.


Pengen nangis rasanya. Apalagi kalau lihat orang cuma ngintip ngintip, tanya tanya aja ke displayku, trus berlalu dan pesen makanan di sebelah. Memang bukan hanya aku yang mengalami hal itu. Ada juga ibu ibu yang tiap hari bawa 1 panci besar sup kacang hijau, tapi nggak pernah ada pembelinya. Ada yang jual rujak, sampai buahnya busuk, sayurnya kering karena nggak pernah ada yang beli. Aku masih bisa dibilang agak mending, karena nggak terlalu banyak bikinnya. Dan yang aku jual adalah makanan makanan kesukaan keluargaku sendiri...jadi, kalau nggak laku masih bisa dimakan sendiri...tapi kalau sampai 3 hari nggak laku dan dimakan sendiri dan dibagi bagikan gratis terus ya nangis darah...heheheh..



Karena itu, aku bisa merasakan kalau ada orang buka warung atau restaurant tapi nggak ada pembeli. I've been there...and it's not easy at all. Untung Pok, keluarga dan Pleksku selalu memberi semangat dan membuat aku nggak kapok mengembangkan hobby masak hanya karena pengalaman itu.

Dan, apapun itu, dalam waktu yang tak bisa kita ramalkan, selalu ada rencana Tuhan dalam hidup kita ini. Aku yakin Tuhan mengajarkan supaya aku lebih rendah hati, berpikir panjang dan berhati hati, tidak grusa grusu... Setelah pengalaman itu, setelah melalui beberapa tahun masa perenungan, sekarang aku mulai dapat jalan lagi yaitu berjualan snack walaupun masih dalam skala cimut. Nama 'depot Kidung Cinta' masih aku pakai sampai sekarang. Tapi kalau ada yang tanya, jualnya snack tapi kok pakai nama 'depot' aku hanya menjawab 'it's a very loooooooooooooong story' :D



Pfffuiiihhh....niatnya cerita soal sate kambing Tegal kok jadi curhat ya..hihih....anyway, mudah mudahan ceritaku ini bisa memberi semangat siapapun yang sedang menghadapi jalan buntu, kemunduran dalam usaha, atau apapun yang membuat hidup kalian serasa menabrak tembok, percayalah, kalau kita berusaha dan berdoa, tidak mudah putus asa..maka ada jalan terbuka di depan kita. Jalan itu mungkin hanya jalan setapak, berkerikil tajam atau becek, tapi jauh lebih baik daripada cul-de-sac, no way out alias jalan buntu.


God bless you, All.

Monday 11 May 2009

Bunch of Chocolate for my beloved Chocolate Monsters



Ceritanya Sabtu 9 May 2009 kemarin aku ajak Cinta ke satu TBK yang juga jualan kue. Di sana Cinta pengen beli 1 whole kecil cake yang ada lapisan chocolatenya, mirip mirip black forest gitu. Tapi aku nggak setuju, karena aku lihat ini toko sepi, pasti cake cakenya juga nggak laku laku amat, bisa jadi cakenya sudah lama dan sudah tidak layak makan lagi. Tapi si Genduk Cilik ngotot pengen beli. Sama mbak Sus dikasih tau, mendingan beli black forest di Giant yang sudah ketahuan enaknya. Salahnya mbak Sus ngomongnya di depan si mbak penjaga toko yang langsung nyolot dan melotot, katanya 'Ya pasti enakan cake yang di sini daripada di Giant !!'. Ya ampun....biasa aja po'o kalau bicara...di depan anak kecil, lagi.



Hmmm....ya wis, karena Cinta masih ngotot minta beli akhirnya aku belikan saja 3 cake potongan kecil yang ada lapisan coklat di atasnya,whipped cream dan potongan cherry. Di mobil langsung makan 2 potong. Dan katanya enak. Aku jadi penasaran...aku cuil dikit. Halahhhh..... benar feelingku, cakenya rasanya payah dan kerasa kalau sudah lama, tengik semuanya, ya cakenya, ya coklatnya, ya butter creamnya, cherrynya pun kering. Untungnya hanya beli 3 biji yang kecil.



Sampai rumah, Cinta minta dibikinin sendiri cake coklat, tapi mintanya cake lapis yang di coating coklat. Aku bilang, OK, tapi Minggu aja, soalnya hari ini Mamie cape :)


Minggu pagi sampai sore, hujan deras dan di rumah mati lampu. Nggak bisa ngapa ngapain. Pok yang lagi nggarap kerjaannya pengen nyamil yang manis manis...tapi yang ada hanya buah dan sisa muffin di kulkas. Kasihan..



Agak sorean lampu nyala, aku ditagih lagi janji bikin cake sama si Genduk Cilik. Akhirnya aku buatkan cake dengan resep sponge cakenya bu Fatmah Bahalwan ini tapi aku buat menjadi 3 lapis :



SPONGE CAKE


(resep bu Fatmah Bahalwan)

Bahan:


8 butir Telur
200 gram Gula kastor (aku kurangin jadi 175 gr saja)
225 gram Tepung terigu (aku pakai Segitiga)
1 sdm Emulsifier (aku pakai SP)
100 gram mentega dilelehkan + sejumput garam
2 sdm coklat pasta


Pelapis :




2 sdm Selai apricot
250 gr DCC lelehkan
100 gr DCC serut untuk hiasan

Cara Membuat:

Panaskan oven, alasi loyang dengan kertas roti, olesi margarine dan ditaburi sedikit tepung

Kocok telur & gula sampai naik, masukkan emulsifier, kocok lagi hingga kental
Masukkan terigu, aduk rataTuangkan mentega cair, aduk balik hingga rata.

Bagi menjadi 3 bagian, 1 bagian biarkan kuning, 2 bagian aku beri 2 sdm coklat pasta, aduk rata
Tuang ke dalam loyang.
Oven hingga matang pada suhu 180 °C, +/-45 menit.

Setelah dingin, olesi dengan selai apricot, susun, tuangi dengan lelehan DCC dan hias dengan serutan coklat




keluar dari loyang





hias dengan serutan DCC
Waktu menghias, pura puranya pengen bikin coklat cruel. Tapi ternyata...hasilnya jauhhhhhhh.......heheh...aku tidak telaten sama sekali dan DCCku agak lembek karena waktu habis beli sama si mbak ditaruh di lemari di atas oven. Jadinya asal serut dan diputer puterin seperi bunch of chocolate. Tapi si Genduk Cilik dan Bapaknya seneng tuh. Sengaja aku kasih coklat banyak banyak, karena mereka berdua adalah chocolate mosters :)